MinorityIdeas

Share the Ideas Within the Codes of Peace

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Minggu, 24 Mei 2009

Bingung Memilih Capres-Cawapres

created by MinorityIdeas


Jika ditanya mengenai siapa calon presiden dan wakil presiden yang akan aku pilih nanti pada pemilu presiden, jujur aku akan menjawab bahwa aku masih bingung. Jawaban yang kulontarkan ini mungkin akan sama dengan jawaban orang kebanyakan. Namun, jawaban ini lebih baik dari pada kita tidak peduli sehingga kita menjadi golput atau bahkan ikut-ikutan atau malah memilih karena dibayar. Tak ada yang salah jika aku dan yang lainnya masih bingung untuk memilih siapa. Sebagai generasi muda intelektual yang menjunjung tinggi idealisme dan budaya kritis, sepatutnya kita menganalisa, mengkritisi, mempelajari atau bahkan meneliti siapa capres-cawapres yang akan kita pilih nantinya. Jangan sampai kita menjadi orang yang oportunis dan follower.


Tiga pasang capres-cawapres sudah cukup membuat berjuta-juta rakyat Indonesia ini bingung dengan apa yang akan mereka pilih nantinya. Sementara tiga pasanga capres-cawapres terus menebarkan pesonanya diatas kegelisahan dan kebingungan rakyat. Rakyat akan selalu menjadi korban, ibarat habis manis sepah dibuang. Apa yang didapatkan rakyat kebanyakan harapan-harapan hampa dan sedikit hak yang memang semestinya menjadi hak mereka, tetapi hal itu dibungkus ibarat sebuah hadiah atas hasil jerih payah pemimpin itu. Rakyat dibohongi! Jika tak ingin dibohongi maka kita harus kritis dalam memandang sesuatu. Jangan sampai kita terjebak dalam pencitraan yang bersifat sementara yang membutakan mata dan membius hati kita sehingga terjebak dalam lubang penyesalan.


Maka, bingung adalah wajar untuk saat ini. Untuk menjadi kritis adalah perlu perjuangan. Setiap harinya kita disumpal oleh pencitraan-pencitraan palsu, atau bahkan ada yang benar, tapi kita telah dibius oleh pencitraan palsu sehingga kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Ya, menjadi kritis atau bahkan obyektif itu susah dan berat dalam situasi sekarang ini.


Saat kita mendapatkan informasi bahwa SBY-Berbudi merupakan calon yang handal karena prestasi mereka yang gemilang, tata krama baik, gaya bicara yang halus, maka jangan serta merta kita membenci atau meremehkan calon yang lain, karena disisi lain kita juga mendapatkan berita bahwa SBY-Berbudi merupakan calon yang tidak pro-rakyat dengan ideology neoliberalnya, yang mana akan semakin membuat jurang kemiskinan semakin lebar dan asset-aset bangsa akan dikuasai asing. Nah, lalu mana yang benar dari informasi ini?


Lain lagi dengan calon JK-Win. Pasangan ini, terutama dari kubu JK dikatakan sebagai pebisnis yang handal, pro ekonomi rakyat, gesit dan tanggap dalam mengambil keputusan. Namun, mengapa pada masa jabatannya JK justru tidak mampu membendung kebijakan penghapusan subsidi bahan bakar minyak yang notabene tidak pro-rakyat? Lalu apa yang benar?


Sedangkan pasangan Mega-Pro dengan ideology marhaensnya, yang mana menunjukkan ketegasannya bahwa mereka pro-rakyat dan memiliki rasa nasionalisme tinggi, tapi justru, khususnya pada masa pemerintahan megawati, banyak BUMN-BUMN yang dijual kepada asing. Bukankah itu yang juga disebut sebagai neoliberalisme? Belum lagi bad track record Praobowo pada masa orde baru yang jelas-jelas melanggar demokratisasi yang sedang berjalan dalam diri bangsa ini.


Jadi, wajar jika aku dan yang lainnya menjadi bingung untuk memilih. Siapapun tidak ingin terjebak dalam janji-janji palsu dan pencitraan palsu para capres-cawapres. Media, baik cetak dan elektronik, berperan penting disini sebagai pengayom, pemfilter, dan edukasi, bagi rakyat untuk menjadi bangsa yang kritis dan obyektif. Hentikan budaya oportunis dan follower sejak saat ini. Jika tidak, maka hal itu akan mendarah daging dalam bangsa ini dan menghancurkan bangsa kita dari dalam.


(gambar diunduh dari: www.inilah.com)

0 komentar: