MinorityIdeas

Share the Ideas Within the Codes of Peace

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Selasa, 02 Juni 2009

IndonesiaKu

created by MinorityIdeas


Seorang teman saya berkata kepada saya bahwa di luar negeri saat ini sudah mulai banyak pusat studi yang mengajarkan bahasa Indonesia. Menurut data Kajian Indonesia-Depdiknas, tercatat sekitar 73 negara telah memiliki Pusat Studi Bahasa Indonesia yang mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia di negaranya masing-masing. Saat mendengar hal itu, sedikit kegembiraan dalam hati saya, karena ternyata bahasa Indonesia ternyata banyak diminati oleh orang-orang di luar Indonesia. Menurut pandangan saya, jelas hal ini merupakan suatu langkah dari apa yang disebut sebagai diplomasi kebudayaan Indonesia, karena mempelajari bahasa bukan hanya sekadar mempelajari bahasa itu, tetapi juga mempelajari kebudayaan, kehidupan dan nilai-nilai sosial tempat bahasa itu berasal.

Tentunya hal ini akan lebih memperkenalkan Indonesia kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang beradab dengan nilai sosial budaya dan keramahtamahan yang tinggi dan luhur.
Sebelum saya mengetahui kabar ini dari teman saya, saya sudah pernah mendengar isu bahwa Bahasa Indonesia pun sebenarnya bisa dijadikan salah satu bahasa Internasional PBB, karena pengucap bahasa Indonesia cukup banyak dan bahkan melebihi bahasa Arab, hanya saja ada syarat-syarat tertentu yang mesti dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sendiri jika ingin Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Internasional.

Namun, muncul sedikit kekecewaan dalam hati saya karena ucapan dari teman saya tersebut, bahwa ia memandang fenomena ini hanya sebagai sebuah 'kepentingan asing', yang mana ingin mempelajari bahasa dan budaya Indonesia lalu memakainya sebagai alat untuk 'menguasai dan mengeksploitasi' kekayaan bangsa Indonesia. Bahkan ia dengan sinis mengatakan, " Emang apa bagusnya bahasa Indonesia sehingga orang asing pengen mempelajarinya, kalau bukan karena ingin mengeksploitasi Indonesia ini,bukan?"

Sedikit kegembiraan yang saya rasakan sebelumnya terhapus oleh banyak kekecewaan atas realita gambaran generasi muda saat ini yang terlalu sinis dan memandang remeh kekayaan bangsanya sendiri. Apakah generasi muda Indonesia saat ini telah malu menjadi bangsa Indonesia sehingga segala sesuatu yang berbau Indonesia selalu dipandang remeh dan sinis?
Gambaran serupa saya dapati saat membaca sebuah Catatan Mira Lesmana dalam harian Kompas, bahwa ia melihat fenomena genarasi muda dengan budaya ‘ikut-ikutan’secara tidak langsung telah menyempitkan dan memiskinkan Indonesia yang kaya raya. Saat ia melakukan promo filmnya keradio-radio diluar daerah Jakarta, penyiar radio yang notabene adalah anak muda dengan lancarnya bercuap-cuap ibarat penyiar radio di Jakarta, lengkap dengan selipan bahasa inggris-nya. Maka Mira Lesmana berkata,” hilanglah sudah keindahan lokal Indonesia saat ini”. Mira Lesmana sempat menanyakan kepada sang penyiar tersebut, mengapa mereka harus mengikuti bak penyiar radio di Jakarta, maka sang penyiar menjawab, “kalau kita gak seperti ini maka kita gak dianggap gaul dan pasti rating radio ini akan turun”.

Mira Lesmana juga melihat bahwa film-film dan sinetron di Indonesia sekarang ini sangat didominasi oleh tema dan genre yang sama, yaitu mengangkat seputar kehidupan di jakarta. Bahkan film hantu-hantunya didominasi oleh hantu-hantu Jakarta seperti Terowongan Casablanca, Jembatan Ancol, dan sebagainya. Begitu sempitkah Indonesia ini, sehingga tak ada topik lain yang bisa diangkat?Bukankah masih banyak keindahan lokal, entah itu kehidupan sosial masyarakat didesa yang penuh dengan keunikan dan nilai-nilai kearifan lokal yang tinggi? Negeri ini adalah negeri yang kaya, bukan sebuah negeri yang miskin!

Saat saya melihat kepopuleran batik, dimana batik telah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi bangsa ini, saya justru merasa sedih. Apakah hanya batik yang kita miliki? Masih banyak seni tenun lainnya yang belum terjamah dan harus dipopulerkan seperti batik, mengapa hanya batik yang harus populer? Negeri kita ini adalah negeri yang kaya, ada banyak corak tenun kain yag berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri sesuai daerahnya.

Saat anak-anak muda masa kini digandrungi dengan musik-musik Barat, lalu ketika Band-Band beraliran melayu bermunculan mereka malah dicemooh, padahal kita sendiri adalah orang-orang dari ras melayu, mengapa kita justru bangga dengan aliran musik yang justru kebarat-baratan? Bukaannya saya benci atau alergi dengan segala musik dari barat, hanya saja mengapa kita justru jarang menghargai musik dari bangsa kita sendiri?

Mungkin apa yang saya paparkan sebelumnya hanyalah sedikit gambaran realitas generasi muda Indonesia saat ini dalam memandang bangsanya sendiri, yang dari hal tersebut saya bisa mengambil hipotesa bahwa kondisi generasi muda Indonesia saat ini berada dalam tahapan yang mengganggap sinis dan remeh bangsanya sendiri sehingga ‘memiskin’ negeri yang kaya ini. Benarkan anggapan saya ini?

gambar diunduh dari: www.indonetwork.co.id/RadioZoneIndonesia/8842

0 komentar: