MinorityIdeas

Share the Ideas Within the Codes of Peace

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Jumat, 06 Februari 2009

Kematian

created by MinorityIdeas


Jika kematian adalah sebuah keniscayaan, maka semua makhluk hidup akan merasakan dan melewatinya. Kullunafsinzaa ikatulmaut, semua yang bernyawa pasti akan merasakan maut/kematian. Berpikir tentang kematian, hal ini akan membawa daya pikir ke suatu arah dan ruang yang tak berkesudahan dan tak berujung. Tak mampu digapai dan dicapai oleh logika manusia. Terkadang pikiran akan kematian selalu terbersit dalam nalar pikiranku.

Kita adalah makhluk yang sedang berada dalam antrean panjang, yang sedang menunggu giliran untuk menuju ke kematian. Kita tidak bisa berpindah atau berlari dari antrean panjang tersebut. Kita telah berada pada posisi yang pasti dan menghadap kearah gerbang kematian. Lalu, jika kematian merupakan suatu hal yang benar-benar niscaya dan sudah ada jelas-jelas buktinya sejak zaman dahulu hingga saat ini, mengapa masih juga ada manusia yang takut akan kematian? Apakah karena kematian itu identik dengan terputusnya segala kemikmatan yang ada di dunia ini, lalu berpindah ke dalam liang lahat yang sempit, gelap, dan pengap, sendiri tanpa ada yang menemani untuk waktu yang lama dan tak menentu, karena itukah manusia ketakutan atas sebuah kematian?
Namun sebenarnya, jika seseorang benar-benar mengimani Allah SWT, maka ia atau siapapun itu sebenarnya tidak perlu takut akan kematian, mengapa?karena:

  1. Kematian adalah suatu hal yang pasti dan tetap; ibarat kita tumbuh dari kecil, remaja, dewasa, lalu tua, itu semua pasti kita rasakan dan lewati, begitu juga kematian.
  2. Kematian sebenarnya hanya terjadi pada fisik jasmani saja, karena ruh atau jiwa kita tidak pernah mati; ruh atau jiwa ini yang akan diadili kelak dan menentukan apakah ia akan masuk surga dan neraka; namun yang menjadi masalah adalah, manusia merupakan makhluk yang mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar, sehingga pertanyaan “bagaimana dan kemanakah manusia setelah mati”akan selalu menjadi pertanyaan besar dalam benak setiap manusia, walaupun mereka telah tahu akan hal itu sebenarnya, tetapi penglihatan visual mereka tak pernah melihat secara nyata, sehingga untuk meyakini logika menjadi susah dan akhirnya memberi kesempatan pada naluri pembangkang untuk membangkang. Itulah sebabnya keimanan yang kuat sangat dibutuhkan disini.
  3. Hidup di dunia sebenarnya merupakan hidup dalam sebuah ujian yang bertubi-tubi. Cobalah untuk berpikir, bahwa sebenarnya lebih banyak ujian/cobaan daripada kenikmatan yang kita dapat didunia ini. Apalagi semua itu hanya bersifat sementara alias semu. Jadi, kita sebenarnya hidup didunia sebenarnya adalah untuk mempersiapkan diri ke kehidupan selanjutnya. Namun kebanyakan manusia sering lupa akan hal tersebut.
Dalam suatu penggalan kalimat di salah satu ayat al-Quran menyebutkan bahwa sebenarnya orang yang telah mati itu hanya merasakan sebentar saja di alam kubur. Jika menggunakan logika yang sederhana, kita mungkin tidak bisa menerima hal tersebut, karena bagaimana mungkin orang yang sudah mati ribuan tahun lamanya disebut hanya sebentar di alam kubur? Tapi sebenarnya jika kita menggunakan logika yang sederhana pula maka kita akan bisa menjawabnya pula. Sebagai contoh, perbedaan apa yang dirasakan orang yang tertidur pulas selama 8 jam dengan orang yang dalam waktu yang sama melakukan suatu aktifitas. Maka orang yang tertidur pulas akan merasakan bahwa waktu yang 8 jam hanya sebentar saja, dan orang yang beraktifitas selama 8 jam akan merasakan waktu yang lebih lama dibanding orang yang tertidur tersebut. Begitu juga yang terjadi pada orang yang pingsan atau koma dalam waktu beberapa hari. Hal ini juga terbukti pada peristiwa Ashabul Kahfi yang tertidur selama ratusan tahun, tapi mereka hanya merasakan sebentar saja. Jadi, kesimpulannya adalah sudut pandang sebentarnya sebenarnya dilihat dari orang yang mati tersebut, sedangkan sudut pandang lama dilihat dari orang yang masih hidup. Namun tidak mungkin kita menanyakan orang yang sudah mati, apakah ia merasakan sebentar atau tidak.

Lepas dari itu semua, yang menjadi permasalahan besar dan ada dihadapan kita semua adalah, berpangkal dari Kematian merupakan sebuah keniscayaan ,maka posisi manusia saat ini ada pada posisi mempersiapkan diri. Dimana mempersiapkan diri menyambut kematian ayah ibu kita dan orang-orang di sekeliling yang kita sayangi, dan mempersiapkan diri untuk menyambut kematian kita sendiri. Siapkah kita menyambutnya?

Tak ada salahnya jika kita menyisakan waktu luang sedikit setiap harinya untuk selalu mengingat kematian untuk membentuk sikap kita dalam menghadapi kenyataan didepan mata, dan sebagai bahan introspeksi serta muhasabah diri untuk membenahi diri kita ini sebelum ajal menjemput. Jangan sampai pada saat Ia sudah akan menjemput kita, tetapi mendapati kita masih dalam keadaan berlepotan lumpur dosa.

0 komentar: