MinorityIdeas

Share the Ideas Within the Codes of Peace

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Kamis, 05 Februari 2009

Untuk apa aku menulis

created by MinorityIdeas



Tak ada salahnya jika saya mengatakan ‘materi’ terkadang mampu menggerus idealisme, kritisisme, atau bahkan prinsip seseorang. Ketiga hal pokok tadi merupakan fondasi yang membentuk pribadi seseorang menjadi pribadi yang betul-betul tahu akan jati dirinya dan tahu kemana ia akan melangkah. Sehingga sangat disayangkan jika harus tergerus oleh keutopiaan materi dunia. Tak sedikit para aktivist-aktivist yang berteriak didepan gedung-gedung DPR dengan lantang atau menorehkan pemikiran-pemikiran mereka yang kritis di media massa. Namun, ironisnya ketika mereka telah duduk disinggasana ‘kursi panas wakil rakyat’, mereka lupa akan amanat yang diemban, pemikiran-pemikiran kritis itu hilang, mulut mereka terkunci, tak ada lagi idealisme, yang ada hanya uang yang berbicara, materi! Ibarat lingkaran setan, terjebak dan terlena didalamnya.
Tak jauh berbeda pula dengan kreatifitas menulis. Menulis sejatinya adalah penyampaian pesan atau amanat kepada orang lain sehingga mampu memberi suatu nilai positif kepada orang lain. Menulis sarat dengan idealisme sang penulis, pemikiran kritisnya dan juga prinsipnya. Namun, hal-hal tersebut terkadang mampu hilang jika ‘materi’ telah menjadi tujuan akhirnya. Jangankan penulis yatim piatu, penulis non yatim piatu pun atau seorang penulis dari keluarga menengah/mapan setidaknya memiliki mimpi yang sama, yaitu mampu mendapat penghasilan yang besar dari tulisannya atau bahkan ingin terkenal dan disanjung-sanjung seperti penulis yang sudah terkenal. Sehingga terkadang mereka menggunakan jalan pintas yang instan. Namun, apa pesan dan amanat yang ada di dalam tulisannya? Tulisannya ibarat kebun yang kering dan gersang. Dibutakan oleh materi, terjebak dalam alur lingkaran setan.
Oleh karena itu, tidak terlalu berlebihan jika saya mengatakan bahwa menulis haruslah dengan hati, amanah, menyampaikan sesuatu dengan jujur dengan dilandaskan niat ibadah. Insya Allah ketiga fondasi yang sebelumnya saya jelaskan akan semakin kokoh, dimana berguna untuk lebih menambah kualitas tulisan kita nantinya. Saya sendiri menyadari, jika kita telah mengetahui kunci dari ‘menulis’, maka menulis akan menjadi ladang harta. Menulis akan menjadi sangat dekat dengan ‘lingkaran setan’ yang akan membuat kita lupa diri. Saya tidak ingin hal itu terjadi pada diri ini dan kawan-kawan penulis lainnya. Jika ada teman yang menanyakan, “Untuk apa kamu menulis?”, pertanyaan itu mungkin tak jadi masalah bagi saya karena saya bisa menjawab dengan berbagai macam jawaban, tapi jika hati ini sendiri yang bertanya, “Untuk apa kamu menulis?” , itulah yang menjadi masalah, karena hati tak dapat dibohongi, hati yang menggerakkan segalanya. Namun, sekarang saya tak akan pernah ragu untuk menjawab ataupun membohongi hati ini karena dengan tekad yang bulat saya menjawab, “saya menulis untuk beribadah”.

0 komentar: